/* http://gubhugreyot.blogdetik.com */

#outerCircleText { font-weight: bold; font-family: cursive; color: #0000cc; position:absolute; top:0; left:0; z-index:99999; } #outerCircleText div { position: relative; } #outerCircleText div div { position: absolute; top:0; left:0; text-align:center; }

Rabu, 30 November 2011

Hari AIDS Sedunia 2011


Hari aids sedunia 2011 dengan tema "Lindungi pekerja dan dunia usaha dari HIV dan AIDS" Hari aids sedunia 2011 digagas kementrian sosial yang menurut laporan depsos kasus AIDS yang terjadi di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun, sampai saat ini seperti yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan per Juni 2011, bahwa terdapat 26.483 kasus HIV sejak pertama kali ditemukan tahun 1987.

Berdasarkan cara penularan kasus AIDS kumulatif melalui Heteroseksual 54,8%, IDU 36,2%, pasangan gay 2,9%, Perinatal 2,8%, transfusi darah 0,2% dan tidak diketahui 3,0%. Sementara itu jika dilihat dari kelompok umur, kasus AIDS terjadi pada kelompok umur 20 - 29 tahun yakni sebesar 46,4%, disusul kelompok umur 30 - 39 tahun 31,5%dan kelompok umur 40 – 49 tahun 9,8%  kondisi ini tentunya sangat memperihatinkan khususnya kelompok usia remaja yang merupakan pondasi bangsa yang bertugas untuk meneruskan perjuangan untuk mencapai cita - cita bangsa.

Kalau jumlah ODHA di seluruh dunia pada akhir 2010 ada 34 juta orang, di Indonesia jumlahnya diperkirakan 300.000 orang. Mengacu pada pernyataan Sidibe bahwa pengobatan adalah pencegahan, kita perlu bekerja keras untuk menemukan kasus ataupun membuka akses kepada ODHA untuk mendapat ARV.

Hingga saat ini kurang dari 30.000 ODHA yang mendapatkan ARV atau kurang dari 10 persen dari estimasi jumlah ODHA. Dengan demikian, masih ada jurang sangat besar antara estimasi dan kasus yang teridentifikasi.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah tes HIV bagi 5 juta-20 juta rakyat Indonesia pada tahun 2012, agar semakin banyak ODHA mendapatkan pengobatan ARV pada tahap dini.

Penanggulangan menjadi penting karena HIV/AIDS menyebabkan berbagai krisis multidimensi: krisis kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan terutama krisis kemanusiaan.

Di Botswana, misalnya, kemajuan pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia hilang begitu saja sekitar 15 tahun lalu. AIDS membuat negara kehilangan banyak tenaga terampil dan terdidik. Upaya Pemerintah Botswana melakukan tes HIV terhadap semua warga negara untuk pengobatan ARV sejak 10 tahun lalu kini mulai memulihkan kondisi sosial ekonomi negara tersebut.

Jika tak memutuskan langkah yang tepat dan segera, bukan mustahil krisis Botswana akan terjadi di sini. Gejalanya sudah tampak dari ancaman HIV/AIDS pada kelompok usia produktif. Data yang tersedia menyebutkan 46,4 persen kasus terjadi pada kelompok usia 20-29 tahun, 31,5 persen pada kelompok 30-39 tahun, dan 9 persen pada kelompok 40-49 tahun.

Oleh karena itu, berbagai upaya perlu diintensifkan. Misalnya, upaya mengurangi penularan seksual, mencegah penularan di kalangan pengguna narkotika, dan mengeliminasi infeksi baru pada anak. Semua berlangsung paralel dengan upaya mencegah kematian akibat tuberkulosis yang saat ini menjadi penyebab kematian utama di Indonesia.

Apalagi di Indonesia semakin banyak anak menjadi yatim piatu karena HIV/AIDS. Di RS Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) setiap bulan ada 210 bayi dan anak dengan HIV mendapat obat ARV. Angka ini di luar sekitar 1.500 ODHA dewasa laki-laki dan 400 ODHA dewasa perempuan yang berobat jalan ke RSCM setiap bulan. Tentu keadaan ini amat memprihatinkan. Saat negara-negara lain mulai keluar dari krisis akibat HIV, Indonesia justru baru memasuki krisis. Depsos.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar